Kematian
adalah perpisahan jasad dengan Roh. Mati menurut
pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan untuk Roh. Kematian hanyalah
sebuah fenomena saja. Bagi Roh, jasad tak lebih dari sekedar baju yang jika
sudah usang mesti dilepas/dibuang untuk diganti dengan yang baru sebelum
mendapat “selimut keabadian” di alam Moksa. Baik buruknya kualitas baju yang
diperoleh kemudian bergantung dari daya beli “uang kebajikan” yang telah
ditabungnya. Baju baru si Roh akan disandang pada reinkarnasinya. Baju yang
paling mahal adalah bermerek “Manusia”, merek ini pun ada bermacam tingkatan,
ada yang asli (kualitas utama), yang sedang, rendah bahkan yang imitasi juga
banyak.
Gambaran
perjalanan sang Roh antara kematian dan kelahiran kembali sebagai berikut : Roh
berpindah dengan badan astral atau suksma sarira. Badan astral ini terjadi dan
19 tattwa atau prinsip, yaitu; 5 organ penggerak, 5 organ pengetahuan, 5 prana,
pikiran, kecerdasan dan citta (bawah sadar) dan ahamkara atau keakuan (ego).
Badan halus ini membawa segala jenis samskara atau kesan, serta wawasan atau
kecenderungan-kecenderungan dan Roh pribadi. Bila buah dan karma- karma baik
telah dihabiskan. Ta menggabungkan dirinya dengan badan fisik yang baru dan
berinkarnai pada tempat di bumi ini. Yang penilakunya sudah baik mencapai
kelahiran baik, dan yang perilakunya jahat ditanik ke dalam kandungan yang
penuh dosa atau kelahiran yang lebih rendah.
Hindu
mengenal konsep PurusaPradhana, Brahman-Atman, Bhuana Agung-Bhuana Alit. Pada
peristiwa “kematian”, Atman diharapkan kembali kepada Brahman, dan jasad
(Bhuana Alit) kembali kepada alam (Ehuana Agung). Untuk proses kembalinya
Bhuana alit ke Bhuana Agung, cara yang terbaik adalah dengan membakar
(kremasi). Mengapa kremasi yang terbaik? Menurut Sri Swami Sivananda, kremasi
memberikan manfaat yang tertinggi bagi Roh. Bila badan tidak dibakar, sang
Roh/Jiwa masih dihubungkan dengan bumi. Roh terkatung-katung mengitari badan
yang sudah mati disebabkan oleh moha atau keterikatan pada badan fisik.
Perjalanannya ke alarn surgawi terhalang karenanya. Jika dibakar,
getaran-getaran yang dihasilkan dari penguncaran mantra dan persembahan
sesajian air mampu memberikan hiburan dan menyenangkan Roh yang meninggal.
·
Apakah
yang terjadi pada atma (jiwa) ?
Dalam
ajaran Agama Hindu dipercaya manusia memiliki dua badan / tubuh yaitu badan
kasar ( Tubuh ) dan badan halus yang sering disebut ROH atau JIWA /ATMA Badan
Kasar atau tubuh manusia akan terus berkembang sampai akhirnya seluruh sel yang
ada di dalam tubuh rusak sehingga tidak dapat beraktifitas lagi, setelah
seluruh sel tersebut rusak dan mati maka tubuh manusia akan mati ( meninggal ).
Sedangkan
badan halus / roh / jiwa akan meninggalkan tubuh manusia ( badan kasar ) yang
nantinya akan melanjutkan perjalanan menuju tempat untuk menunggu reingkarnasi
kembali ( sorga atau neraka ) tergantung dari perbuatan semasa hidupnya yang
dalam istilah hindu dikenal dengan KARMA PHALA.
Dalam
geguritan ATMA PRASANGSA diceritakan perjalanan ATMA / ROH MENUJU SORGA bersatu
dengan Parama Atma ( IDA SANGHYANG WIDI WASA / TUHAN YANG MAHA ESA ). Bagi yang
percaya dengan adanya reingkarnasi dan kehidupan setelah ajal menjemput maka
Saya akan coba menceritakan perjalanan tersebut sedangkan yang tidak percaya
tidak ada salahnya untuk membaca cerita ini.
Ketika
telah ditakdirkan atau telah saatnya manusia meninggal maka badan halus ( Roh /
Jiwa / Atma ) akan meninggalkan badan kasar ( tubuh) sehingga tubuh manusia
yang telah ditinggalkan oleh Atma akan tidak bisa melakukan aktivitas apapun
dan disebut mati, nah sekarang diceritakan seseorang yang telah mendalami
ajaran agama dimana dalam cerita ini orang tersebut telah tiba waktunya untuk
terpisah dari badan kasarnya (Meninggal Dunia).
¨
·
Apakah
Kematian Itu ?
Kematian adalah perpisahan
jasad dengan Roh. Kematian itu terjadi pada waktu raga
berpisah dengan jiwa, manakala waktu itu tibamaka jiwa manusia merasa senang,
karena saat itu manusia baru bebas, terlepas dari belenggu raga yang sejak
dahulu telah mengurungnya. Mati menurut pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi
jasad, bukan untuk Roh. Kematian hanyalah sebuah fenomena saja. Bagi Roh, jasad
tak lebih dari sekedar baju yang jika sudah usang mesti dilepas/dibuang untuk
diganti dengan yang baru sebelum mendapat “selimut keabadian” di alam Moksa.
Baik buruknya kualitas baju yang diperoleh kemudian bergantung dari daya beli
“uang kebajikan” yang telah ditabungnya. Baju baru si Roh akan disandang pada
reinkarnasinya. Baju yang paling mahal adalah bermerek “Manusia”, merek ini pun
ada bermacam tingkatan, ada yang asli (kualitas utama), yang sedang, rendah
bahkan yang imitasi juga banyak. .
Hindu mengenal konsep PurusaPradhana,
Brahman-Atman, Bhuana Agung-Bhuana Alit. Pada peristiwa “kematian”, Atman
diharapkan kembali kepada Brahman, dan jasad (Bhuana Alit) kembali kepada alam
(Ehuana Agung). Untuk proses kembalinya Bhuana alit ke Bhuana Agung, cara yang
terbaik adalah dengan membakar (kremasi). Mengapa kremasi yang terbaik? Menurut
Sri Swami Sivananda, kremasi memberikan manfaat yang tertinggi bagi Roh. Bila
badan tidak dibakar, sang Roh/Jiwa masih dihubungkan dengan bumi. Roh
terkatung-katung mengitari badan yang sudah mati disebabkan oleh moha atau
keterikatan pada badan fisik. Perjalanannya ke alarn surgawi terhalang karenanya.
Jika dibakar, getaran-getaran yang dihasilkan dari penguncaran mantra dan
persembahan sesajian air mampu memberikan hiburan dan menyenangkan Roh yang
meninggal.
·
Bagaimanakah Jiwa Lepas dari Kematian
?
Perjalanan Atma diawali dengan
peristiwa perpisahan raga dan jiwa. Perpisahan itu menimbulkan kesedihan, baik
bagi yang meninggalkan, maupun yang ditinggalkan, yakni segenap keluarga.
Meskipun diliputi kesedihan akibaperpisahan itu, sang Atma tetap melanjutkan
perjalanan menuju tempat suci untuk mengadakan pemujaan kepada Hyang Tripurusa
yang mengandung arti tindakan tindakan yang dilakukan oleh Atma ketika
mengadakan pemujaan.
Setelah selesai melakukan pemujaan,
sang Atma melanjutkan perjalanan menuju Pura Dalem untuk memuja Hyang Durga,
yang mengandung arti perbuatan yang dilakukan oleh sang atma ketika memuja
Hyang Durga. Hyang Durga dipuja dalam berbagai wujud, yakni sebagai Bhagawati
apabila berkuasa di Bale Agung member umur panjang kepada manusia, sebagai
Bhwrawa apabila berkuasa di tempat pembakaran mayat, sebagai Dewi Putrika jika
berkuasa di Gunung Agung, sebagai Dewi Dhanu apabila berkuasa d Gunung Batur,
sebagai Gayatri jika berkuasa di tempat pemandian, sebagai Dewi Gangga apabila
berkuasa disungai-sungai besar atau semacamnya, dan sebagai Dewi Sri jika
berkuasa di Sawah. Setelah selesai melakukan pemujaan dan telah mendapat Ridho
Hyang Durga, sang Atma merasa senang dan kemudian melanjutkan perjalanan,
meskipun banyak rintangan yang akan dijumpa dalam perjalanannya, yang artinya
sang Atma selesai melakukan pemujaan dan mohon diri dari hadapan Hyang Durga.
Sang Atma keluar dari Pura Dalem, pada saat itu, bintang timur bersinar terang
yang menandakan fajar menyingsing, sang Atma melanjutkan perjalanan.
Dalam menempuh perjalanan untuk menuju
dunia baru, seseorang tidak bisa lepas dari rintangan-rintangan, baik rintangan
yang menimbulkan perasaan suka maupun duka. Kesukaan atau kesenangan berupa
keindahan dunia baru yang mulai diinjak oleh sang Atma merupakan godaan
pertama. Akan tetapi, sang atma tidak terlena oleh kesenangan itu. Sang Atma
tidak lupa aka Tuhan. Sang Atma tetap sadar dalam menempuh perjalanan.
Sang Atma melanjutkan perjalanan
dengan menyusuri sungai Serayu. Rintangan yang mengancam keselamatan sang Atma
mulai berdatangan. Sang Atma dihadang oleh seekor Buaya, buaya itu hendak
menyantap sang Atma, akan tetapi sang Atma dapat menjinakan buaya tersebut
karena sang atma mengetahui rahasianya, yakni buaya itu sesungguhnya merupakan
perwujudan temburu, sehingga sang Atma terbebas dari ancaman. Setelah itu, sang
Atma dihadang oleh raksasi Sirsa, akan tetapi, sang Atma dapat menjinakan
Raksasi Sirsa, karena sang Atma tau rahasianya, sebenarnya Raksasi Sirsa
sesungguhnya merupakan perwujudan sinar rahim ibu. Ancaman berikutnya adalah
harimau merah, sang Atma tau rahasianya, yakni harimau merah merupakan
perwujudan darah seorang ibu melahirkan. Setelah itu, sang Atma diancam oleh
serigala hitam, sang Atma dapat menaklukan serigala hitam itu karena ia
mengetahu rahasianya, yakni sebagai perwujudan air ketuban. Selanjutnya sang
Atma sihadang oleh Bhutakala, akan tetapi, sang Atma dapat menjinakannya dengan
memberikan upah berupa sesajen. Setelah itu, sang Kala Catur dating menghadang
sang Atma, sang Atma dapat menaklukkannya karena ia tau rahasianya, yakni
sebagai perwujudan Anggapati, Mrajapati, Banaspati, dan Banaspatiraja.
Rintangan demi rintangan dapat dilalui
sang Atma, pada prinsipnya sang Atma mengetahui berbagai ilmu yang menyingkap
tabir rahasia itu. Pengetahuan mengenai berbagai ilmu kerohanian, khususnya
ilmu kelepasan telah menghantarkan sang Atma disambut oleh Bidadari dan
Malini. Tampaknya, kebahagiaan telah dating menyambut sang Atma. Para Bidadara
dan Bidadari menjemput sang Atma dengan tandu emas. Kebahagiaan itu pun tidak
membuat sang Atma takabur dan lupa diri. Sang Atma tetap sadar akan dirinya,
merasa tidak tahu apa-apa, merasa sangat kerdil dihadapan kekuasaan Tuhan yang
maha besar. Kesadaran diri itu pun telah mengantarkan sang Atma untuk memasuki
kebahagiaan tertinggi, kedamaian abadi sebagai tujuan hidup yang luhur.
Sangat bagus info nya,
ReplyDeleteterimaksih ya sudah mapir di blog saya ^^
DeleteInformasi yg bgus, tp ada paragraf yg diulang, tlong diperbaiki
ReplyDeleteterimaksih ya sudah mapir di blog saya ^^ terimakasih atas sarannya ^^
Deleteterima kasih infonya
ReplyDeleteterima kasih infonya
ReplyDeletetrimakasih pencerahannya, tapi saya mau nanya apakah yang terjadi / dialami jiwa dialam lain kalau jiwa itu belum mencapai kesempurnaan ( moksha ) sebelum ia lahir kembali.
ReplyDeleteBagaimana dengan orang yang meninggal tanpa tahu/tidak pernah belajar ilmu kerohanian/Spiritual karena bagi kebanyakan orang pergi sembahyang ke Pura sudah cukup,jadi mereka tidak tertarik belajar ilmu kerohanian.
ReplyDeletehttp://kreasimasadepan441.blogspot.co.id/2017/12/cerita-dari-sadananya-yang-alami.html
ReplyDeletehttp://kreasimasadepan441.blogspot.co.id/2017/12/jokowi-pembangunan-infrastruktur-agar.html
http://kreasimasadepan441.blogspot.co.id/2017/12/bersiap-hadapi-badai-38-ribu-orang-di.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
mengapa kitab kristen disebut sbg bible (baibel) krna ia adlah bermaksud (babylon-babilon-babli-babil) ia itu BABIL.. agama kristen adalah copyright agama purba org Babil Kristen mencuri ayat2 dari agama babil kuno untuk dijadikan kitab old testement dan kemudiannya kitab kristen. Nabi Ibrahim (Abraham) Nenek moyang nya kristen & Judaisme bukan lah berbangsa israel/yahudi maupun ibrani, kerana Abraham Pbuh itu berasal dari Ur-Qasdim tempat ato wilayah didalam Babilonia dan ddi ur-qasdim, tidak ada bangsa israel/yahudi kerana bangsa yang asal di Ur-Qasdim (Tempat kelahiran Nabi Ibrahim) adalah bangsa Asirian/Akadian dan Sumerian...justru itu tiada yg benar tentang Kristen itu sbg agama tuhan....
ReplyDelete