Saturday, November 8, 2014

JIWA SETELAH KEMATIAN


Kematian  adalah  perpisahan  jasad  dengan  Roh. Mati menurut pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan untuk Roh. Kematian hanyalah sebuah fenomena saja. Bagi Roh, jasad tak lebih dari sekedar baju yang jika sudah usang mesti dilepas/dibuang untuk diganti dengan yang baru sebelum mendapat “selimut keabadian” di alam Moksa. Baik buruknya kualitas baju yang diperoleh kemudian bergantung dari daya beli “uang kebajikan” yang telah ditabungnya. Baju baru si Roh akan disandang pada reinkarnasinya. Baju yang paling mahal adalah bermerek “Manusia”, merek ini pun ada bermacam tingkatan, ada yang asli (kualitas utama), yang sedang, rendah bahkan yang imitasi juga banyak.
Gambaran perjalanan sang Roh antara kematian dan kelahiran kembali sebagai berikut : Roh berpindah dengan badan astral atau suksma sarira. Badan astral ini terjadi dan 19 tattwa atau prinsip, yaitu; 5 organ penggerak, 5 organ pengetahuan, 5 prana, pikiran, kecerdasan dan citta (bawah sadar) dan ahamkara atau keakuan (ego). Badan halus ini membawa segala jenis samskara atau kesan, serta wawasan atau kecenderungan-kecenderungan dan Roh pribadi. Bila buah dan karma- karma baik telah dihabiskan. Ta menggabungkan dirinya dengan badan fisik yang baru dan berinkarnai pada tempat di bumi ini. Yang penilakunya sudah baik mencapai kelahiran baik, dan yang perilakunya jahat ditanik ke dalam kandungan yang penuh dosa atau kelahiran yang lebih rendah.
Hindu mengenal konsep PurusaPradhana, Brahman-Atman, Bhuana Agung-Bhuana Alit. Pada peristiwa “kematian”, Atman diharapkan kembali kepada Brahman, dan jasad (Bhuana Alit) kembali kepada alam (Ehuana Agung). Untuk proses kembalinya Bhuana alit ke Bhuana Agung, cara yang terbaik adalah dengan membakar (kremasi). Mengapa kremasi yang terbaik? Menurut Sri Swami Sivananda, kremasi memberikan manfaat yang tertinggi bagi Roh. Bila badan tidak dibakar, sang Roh/Jiwa masih dihubungkan dengan bumi. Roh terkatung-katung mengitari badan yang sudah mati disebabkan oleh moha atau keterikatan pada badan fisik. Perjalanannya ke alarn surgawi terhalang karenanya. Jika dibakar, getaran-getaran yang dihasilkan dari penguncaran mantra dan persembahan sesajian air mampu memberikan hiburan dan menyenangkan Roh yang meninggal.

·         Apakah yang terjadi pada atma (jiwa) ?
Dalam ajaran Agama Hindu dipercaya manusia memiliki dua badan / tubuh yaitu badan kasar ( Tubuh ) dan badan halus yang sering disebut ROH atau JIWA /ATMA Badan Kasar atau tubuh manusia akan terus berkembang sampai akhirnya seluruh sel yang ada di dalam tubuh rusak sehingga tidak dapat beraktifitas lagi, setelah seluruh sel tersebut rusak dan mati maka tubuh manusia akan mati ( meninggal ).
Sedangkan badan halus / roh / jiwa akan meninggalkan tubuh manusia ( badan kasar ) yang nantinya akan melanjutkan perjalanan menuju tempat untuk menunggu reingkarnasi kembali ( sorga atau neraka ) tergantung dari perbuatan semasa hidupnya yang dalam istilah hindu dikenal dengan KARMA PHALA.
Dalam geguritan ATMA PRASANGSA diceritakan perjalanan ATMA / ROH MENUJU SORGA bersatu dengan Parama Atma ( IDA SANGHYANG WIDI WASA / TUHAN YANG MAHA ESA ). Bagi yang percaya dengan adanya reingkarnasi dan kehidupan setelah ajal menjemput maka Saya akan coba menceritakan perjalanan tersebut sedangkan yang tidak percaya tidak ada salahnya untuk membaca cerita ini.
Ketika telah ditakdirkan atau telah saatnya manusia meninggal maka badan halus ( Roh / Jiwa / Atma ) akan meninggalkan badan kasar ( tubuh) sehingga tubuh manusia yang telah ditinggalkan oleh Atma akan tidak bisa melakukan aktivitas apapun dan disebut mati, nah sekarang diceritakan seseorang yang telah mendalami ajaran agama dimana dalam cerita ini orang tersebut telah tiba waktunya untuk terpisah dari badan kasarnya (Meninggal Dunia).
¨     
·         Apakah Kematian Itu ?
Kematian  adalah  perpisahan  jasad  dengan  Roh. Kematian itu terjadi pada waktu raga berpisah dengan jiwa, manakala waktu itu tibamaka jiwa manusia merasa senang, karena saat itu manusia baru bebas, terlepas dari belenggu raga yang sejak dahulu telah mengurungnya. Mati menurut pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan untuk Roh. Kematian hanyalah sebuah fenomena saja. Bagi Roh, jasad tak lebih dari sekedar baju yang jika sudah usang mesti dilepas/dibuang untuk diganti dengan yang baru sebelum mendapat “selimut keabadian” di alam Moksa. Baik buruknya kualitas baju yang diperoleh kemudian bergantung dari daya beli “uang kebajikan” yang telah ditabungnya. Baju baru si Roh akan disandang pada reinkarnasinya. Baju yang paling mahal adalah bermerek “Manusia”, merek ini pun ada bermacam tingkatan, ada yang asli (kualitas utama), yang sedang, rendah bahkan yang imitasi juga banyak. .
Hindu mengenal konsep PurusaPradhana, Brahman-Atman, Bhuana Agung-Bhuana Alit. Pada peristiwa “kematian”, Atman diharapkan kembali kepada Brahman, dan jasad (Bhuana Alit) kembali kepada alam (Ehuana Agung). Untuk proses kembalinya Bhuana alit ke Bhuana Agung, cara yang terbaik adalah dengan membakar (kremasi). Mengapa kremasi yang terbaik? Menurut Sri Swami Sivananda, kremasi memberikan manfaat yang tertinggi bagi Roh. Bila badan tidak dibakar, sang Roh/Jiwa masih dihubungkan dengan bumi. Roh terkatung-katung mengitari badan yang sudah mati disebabkan oleh moha atau keterikatan pada badan fisik. Perjalanannya ke alarn surgawi terhalang karenanya. Jika dibakar, getaran-getaran yang dihasilkan dari penguncaran mantra dan persembahan sesajian air mampu memberikan hiburan dan menyenangkan Roh yang meninggal.

·         Bagaimanakah Jiwa Lepas dari Kematian ?
Perjalanan Atma diawali dengan peristiwa perpisahan raga dan jiwa. Perpisahan itu menimbulkan kesedihan, baik bagi yang meninggalkan, maupun yang ditinggalkan, yakni segenap keluarga. Meskipun diliputi kesedihan akibaperpisahan itu, sang Atma tetap melanjutkan perjalanan menuju tempat suci untuk mengadakan pemujaan kepada Hyang Tripurusa yang mengandung arti tindakan tindakan yang dilakukan oleh Atma ketika mengadakan pemujaan.
Setelah selesai melakukan pemujaan, sang Atma melanjutkan perjalanan menuju Pura Dalem untuk memuja Hyang Durga, yang mengandung arti perbuatan yang dilakukan oleh sang atma ketika memuja Hyang Durga. Hyang Durga dipuja dalam berbagai wujud, yakni sebagai Bhagawati apabila berkuasa di Bale Agung member umur panjang kepada manusia, sebagai Bhwrawa apabila berkuasa di tempat pembakaran mayat, sebagai Dewi Putrika jika berkuasa di Gunung Agung, sebagai Dewi Dhanu apabila berkuasa d Gunung Batur, sebagai Gayatri jika berkuasa di tempat pemandian, sebagai Dewi Gangga apabila berkuasa disungai-sungai besar atau semacamnya, dan sebagai Dewi Sri jika berkuasa di Sawah. Setelah selesai melakukan pemujaan dan telah mendapat Ridho Hyang Durga, sang Atma merasa senang dan kemudian melanjutkan perjalanan, meskipun banyak rintangan yang akan dijumpa dalam perjalanannya, yang artinya sang Atma selesai melakukan pemujaan dan mohon diri dari hadapan Hyang Durga. Sang Atma keluar dari Pura Dalem, pada saat itu, bintang timur bersinar terang yang menandakan fajar menyingsing, sang Atma melanjutkan perjalanan.
Dalam menempuh perjalanan untuk menuju dunia baru, seseorang tidak bisa lepas dari rintangan-rintangan, baik rintangan yang menimbulkan perasaan suka maupun duka. Kesukaan atau kesenangan berupa keindahan dunia baru yang mulai diinjak oleh sang Atma merupakan godaan pertama. Akan tetapi, sang atma tidak terlena oleh kesenangan itu. Sang Atma tidak lupa aka Tuhan. Sang Atma tetap sadar dalam menempuh perjalanan.
Sang Atma melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai Serayu. Rintangan yang mengancam keselamatan sang Atma mulai berdatangan. Sang Atma dihadang oleh seekor Buaya, buaya itu hendak menyantap sang Atma, akan tetapi sang Atma dapat menjinakan buaya tersebut karena sang atma mengetahui rahasianya, yakni buaya itu sesungguhnya merupakan perwujudan temburu, sehingga sang Atma terbebas dari ancaman. Setelah itu, sang Atma dihadang oleh raksasi Sirsa, akan tetapi, sang Atma dapat menjinakan Raksasi Sirsa, karena sang Atma tau rahasianya, sebenarnya Raksasi Sirsa sesungguhnya merupakan perwujudan sinar rahim ibu. Ancaman berikutnya adalah harimau merah, sang Atma tau rahasianya, yakni harimau merah merupakan perwujudan darah seorang ibu melahirkan. Setelah itu, sang Atma diancam oleh serigala hitam, sang Atma dapat menaklukan serigala hitam itu karena ia mengetahu rahasianya, yakni sebagai perwujudan air ketuban. Selanjutnya sang Atma sihadang oleh Bhutakala, akan tetapi, sang Atma dapat menjinakannya dengan memberikan upah berupa sesajen. Setelah itu, sang Kala Catur dating menghadang sang Atma, sang Atma dapat menaklukkannya karena ia tau rahasianya, yakni sebagai perwujudan Anggapati, Mrajapati, Banaspati, dan Banaspatiraja.
Rintangan demi rintangan dapat dilalui sang Atma, pada prinsipnya sang Atma mengetahui berbagai ilmu yang menyingkap tabir rahasia itu. Pengetahuan mengenai berbagai ilmu kerohanian, khususnya ilmu kelepasan telah menghantarkan sang  Atma disambut oleh Bidadari dan Malini. Tampaknya, kebahagiaan telah dating menyambut sang Atma. Para Bidadara dan Bidadari menjemput sang Atma dengan tandu emas. Kebahagiaan itu pun tidak membuat sang Atma takabur dan lupa diri. Sang Atma tetap sadar akan dirinya, merasa tidak tahu apa-apa, merasa sangat kerdil dihadapan kekuasaan Tuhan yang maha besar. Kesadaran diri itu pun telah mengantarkan sang Atma untuk memasuki kebahagiaan tertinggi, kedamaian abadi sebagai tujuan hidup yang luhur.


10 comments:

  1. Informasi yg bgus, tp ada paragraf yg diulang, tlong diperbaiki

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimaksih ya sudah mapir di blog saya ^^ terimakasih atas sarannya ^^

      Delete
  2. trimakasih pencerahannya, tapi saya mau nanya apakah yang terjadi / dialami jiwa dialam lain kalau jiwa itu belum mencapai kesempurnaan ( moksha ) sebelum ia lahir kembali.

    ReplyDelete
  3. Bagaimana dengan orang yang meninggal tanpa tahu/tidak pernah belajar ilmu kerohanian/Spiritual karena bagi kebanyakan orang pergi sembahyang ke Pura sudah cukup,jadi mereka tidak tertarik belajar ilmu kerohanian.

    ReplyDelete
  4. http://kreasimasadepan441.blogspot.co.id/2017/12/cerita-dari-sadananya-yang-alami.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.co.id/2017/12/jokowi-pembangunan-infrastruktur-agar.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.co.id/2017/12/bersiap-hadapi-badai-38-ribu-orang-di.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM


    ReplyDelete
  5. mengapa kitab kristen disebut sbg bible (baibel) krna ia adlah bermaksud (babylon-babilon-babli-babil) ia itu BABIL.. agama kristen adalah copyright agama purba org Babil Kristen mencuri ayat2 dari agama babil kuno untuk dijadikan kitab old testement dan kemudiannya kitab kristen. Nabi Ibrahim (Abraham) Nenek moyang nya kristen & Judaisme bukan lah berbangsa israel/yahudi maupun ibrani, kerana Abraham Pbuh itu berasal dari Ur-Qasdim tempat ato wilayah didalam Babilonia dan ddi ur-qasdim, tidak ada bangsa israel/yahudi kerana bangsa yang asal di Ur-Qasdim (Tempat kelahiran Nabi Ibrahim) adalah bangsa Asirian/Akadian dan Sumerian...justru itu tiada yg benar tentang Kristen itu sbg agama tuhan....

    ReplyDelete

KEWIRAUSAHAAN

Wirausahawan adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan per...