Thursday, January 4, 2018

KEWIRAUSAHAAN


Wirausahawan adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan sehingga sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Keterkaitan Antata Wirausahaan dan Pola Pikir
Pola pikir seorang wirausahawan pada umumnya dapat dilihat pada saat berkomunikasi dalam rangka mengumumkan informasi maupun pada waktu menjalankan usaha dan menjalin hubungan dengan para relasi bisnis, percaya diri atau meyakini kemampuannya untuk sukses. Seorang wirausaha adalah orang yang percaya bahwa mereka mampu mencapai hasil yang mereka inginkan. Maka dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal kemampuan kita dan kita harus yakin atau percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karena banyak sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat mengurungkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausahawan

PolaPikir
Pola pikir adalah satu bentuk atau karakter yang tampil, bagaimana ia atau mereka melihat sesuatu, bagaimana menerima ataupun memutuskan sesuatu, bagaimana menyatakan baik atau buruknya sesuatu

Pentingnya Pola Pikir Kewirausahaan
Mindset atau pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan wirausaha kadang sering berubah, karena banyak sekali orang yang takut akan hal-hal yang belum pernah mereka coba
Berikut adalah beberapa pola pikir dari seorang wirausahawan :
a.       Berorientasi Pada Tugas dan Hasil
Agar memperoleh keberhasilan dalam usahanya, seorang wirausaha harus bekerja prestatif dimana keberhasilan seorang dalam kehidupannya banyak ditentukan oleh usaha yang dilakukan sendiri dalam mengubah nasib.
b.      Berani Menanggung Risiko dan Lebih Menyukai Risiko Menengah
Para wirausahawan bukanlah orang yang mengambil risiko tanpa mempertimbangkannya.
c.       Kepemimpinan
Seorang wirausahawan merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan orang lain.
d.      Keorisinalan
Orisinal berarti tidak hanya mencontoh pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri.
e.       Berorientasi ke Masa Depan
Seseorang wirausahawan haruslah mempunyai visi ke depan apa yang hendak ia lakukan dan yang ingin dicapai.
f.       Kreativitas
Cony Semiawan (1997) menyatakan, kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan suatu produk baru.
g.      Hasrat akan Tanggung Jawab
Para wirausahawan merasakan tanggung jawab pribadi terhadap hasil atas usaha yang telah mereka mulai.
h.      Hasrat untuk Mendapatkan Umpan Balik yang Sifatnya Segera
Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari umpan balik.
i.        Tingkat Energi yang Tinggi
Wirausahawan lebih energik daripada orang kebanyakan.
j.        Keterampilan Mengorganisasi
Wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
k.      Menilai Prestasi Lebih Tinggi Daripada Uang
Salah satu kesalahan konsep yang paling umum mengenai wirausahawan adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.
Manfaat kewirausahaan, yaitu :
a.       Peluang Untuk Menentukan Nasib Anda Sendiri
Memiliki perusahaan sendiri memberi kebebasan dan peluang bagi wirausahawan untuk mencapai apa yang penting baginya
b.      Peluang Untuk Melakukan Perubahan
Semakin banyak wirausahawan yang memulai bisnis karena mereka melihat peluang untuk membuat perubahan
c.       Peluang Untuk Mencapai Potensi Sepenuhnya
Terlalu banyak orang yang merasakan bahwa pekerjaan mereka tidak menantang, akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi wirausahawan.
d.      Peluang Untuk Meraih Keuntungan Yang Menakjubkan
Keuntungan bisnis merupakan faktor motivasi yang penting untuk mendirikan perusahaan.
e.       Peluang untuk Berperan Dalam Masyarakat dan
Para pemilik perusahaan kecil menyukai kepercayaan dan pengakuan yang diterima dari pelanggan yang telah mereka layani dengan setia selama bertahun-tahun.
f.       Peluang untuk Melakukan Sesuatu yang Anda Sukai dan Bersenang-senang dalam Mengerjakannya
Yang umumnya dirasakan oleh pemilik perusahaan kecil adalah bahwa kegiatan kerja yang sesungguhnya bukanlah kerja


Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan wirausaha kadang sering berubah,karna banyak sekali orang yang takut akan hal –hal yang belum pernah mereka coba, padahal menurut dweck menerjemahkan mindset sebagai kepercayaan mengenai siapa kita dan apa kemampuan kita, maka dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal kemampuan kita dan kita harus yakin/percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karna banyak sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat mengurungkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha, dalam hal ini kita harus mengubah mindset kita dengan cara mengetahui/mempelajari pengetahuan baru tentang bagaimana kita harus mempunyai pola pikir yang inovatif, karna dengan berpikiran inovatif kita dapat menciptakan hal yang baru dalam berwirausaha.

Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua orang, terutama kepada orang yang selalu merasakannya, karna mereka akan menyadari perubahan sekecil  apapun terhadap pola pikir mereka, apakah itu pola pikir yang positive atau negative yang mereka rasakan, jika  mereka merasakan perubahan hal positive terhadap diri mereka sendiri maka ada dorongan dalam diri mereka untuk selalu optimis dalam meraih mimpi dalam berwirausaha, dan jika dengan pola pikir yang negative ,  itu akan menyebabkan mereka selalu bersifat pesimis untuk meraih mimpi mereka,  maka dari itu pendidikan dan komunikasi untuk medapatkan informasi sangatlah penting dalam mengubah mindset seseorang dalam berwirausaha supaya mempunyai  pikiran inovatif dan kreatif dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang wirausaha yang berhasil.

Berbagai Jenis Pola Berfikir Kewirausahaan (Enam Topi Pikiran)
Menurut De Bono (2005: 128) topi dipakai untuk menggambarkan keenam aspek berpikir, karena topi merupakan suatu yang dapat dipakai dan dilepaskan dengan mudah, sebagaimana sebuah pendapat yang dapat dipakai atau dilupakan begitu saja tanpa harus menimbulkan konflik sosial. Dalam metode Thinking Hats merupakan penerapan dari Lateral Thinking STH, seseorang tidak hanya dilatih untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu masalah dalam sekuen waktu tertentu, tetapi juga dipersiapkan untuk dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain.

1.      Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator bersikap terbuka untuk menerima pengetahuan dan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong peserta untuk memahami fakta dan kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta untuk saling belajar dan menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya kedalam
2.      Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk menggugah perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan prasangka untuk memahami kesulitan atau hambatan yang dirasakan peserta dalam belajar,  Setelah secara paralel tujuan meningkatkan keterlibatan peserta mendiskusikan aspek informatif dari suatu permasalahan, kemudian setiap peserta diskusi secara bersama-sama mengemukakan aspek intuitif dan emosional dari pendapatnya.
3.      Topi hitam berarti fasilitator bersikap serius. Fasilitator tidak serta merta menerima pendapat atau masukan dari orang lain melainkan bersikap menolak terlebih dahulu, bersikap ragu-ragu atau hati-hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh. Dalam menyikapi suatu persoalan, fasilitator menggunakan topi hitam bukan untuk mencari argumentasi melainkan untuk memperhatikan atau waspada terhadap sesuatu hal yang dianggap negatif. Topi hitam merupakan metafoa untuk atau terlalu sering digunakan. menggambarkan aspek kritis dari pemikiran yang hendak kita sampaikan.
4.      Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif dalam mengelola proses pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang positif. Fasilitator juga bersikap optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi hitam mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning mengajak melihat sisi positif. Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektual) dan  membangun kerangka pikir untuk mengembangkan suatu analisa kritis. Topi kuning yang konstruktif cenderung membuat gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat.
5.      Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun suasana belajar (misal membuat trik-trik tertentu, permainan, humor, dan sebagainya). Topi hijau juga telah menjadi simbol untuk orang yang mampu mendengarkan dengan baik, mengumpulkan informasi, penilaian baik dan buruk, aspek emosional dan kritis, maka kemudian setiap peserta diskusi berusaha secara beramasama menemukan alternatif, gagasan, kemungkinan dan rancangan. Apa yang dapat dilakukan, apa alternatif yang ada, dan pembahasan sejenis dibahas dalam sesi ini.
6.      Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap pada relnya. Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau dikelola batas-batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai alat kontrol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokok-pokok pembelajaran dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik. Topi biru diasosiasikan sebagai pengambilan benang merah pembelajaran.

Terdapat dua tujuan utama terhadap keenam konsep topi berpikir tersebut:
1.      Menyederhanakan berpikir dengan mengizinkan seorang pemikir menyelesaikan suatu hal pada suatu saat. Meskipun harus menyimpan emosi, logika, informasi, harapan dan kreativitas semua pada saat yang sama, namun pemikir tersebut mampu memisahkan hal-hal tersebut tadi.
2.      Mengizinkan suatu peralihan dalam berpikir. Jika seseorang pada suatu pertemuan telah bersikap negatif, orang itu dapat diminta menggunakan ‘topi berpikir hitam’.Hal ini memberikan tanda kepada orang tersebut bahwa ia sedang bersikap negatif.


Tiga Prinsip Dasar Pola Berfikir Kewirausahaan (Perhatian, Pelarian, dan Tindakan)
1.      Perhatian (Attention)
Pada tahap perhatian (attention) wirausaha berusaha agar calon konsumen memperhatikan penawaran yang dilakukannya. Untuk mendapatkan perhatian dari calon konsumen wirasaha harus memperlihatkan sikap yang baik, tutur kata dan cara berpakaian yang menarik yang akan memberikan penilaian yang positif dari calon konsumen yang akan berpengaruh terhadap terjadinya jual beli. Dalam pola berfikir khususny perhatian, juga melihat apa yang dibutuhkan konsumen sesuai dengan apa yang kita lakukan, memperhatikan cara bekerja warausahawan lain untuk bisa menjadi ide atau memotivasi
2.      Pelarian
Yang dimaksud dengan pelarian disini adalah, dimana saat kita jatuh atau bangkrut, kita masih mempunyai pengerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan sebagai sebagai pengganti pekerjaan yang telah bangkrut tadi sambil menbangun ulang usaha baru disamping usaha sampingan
3.      Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan (action) wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan harapan konsumen dan memberikan keyakinan bahwa barang, jasa dan ide yang dibeli merupakan langkah yang tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen. Tindakan sesuatu yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi wirausahawan, karena tanpa ada tindakan kita tidak mungkin bisa menjadi maju dan terus maju.













KEWIRAUSAHAAN

Wirausahawan adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan per...