À
Unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik Puisi
Sebuah karya sastra
mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Keterikatan yang erat antar
unsur tersebut dinamakan struktur pembangun karya sastra. Unsur intrinsik ialah
unsur yang secara langsung membangun cerita dari dalam karya itu sendiri,
sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang turut membangun cerita dari luar
karya sastra. Unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi, prosa, dan drama
memiliki perbedaan, sesuai dengan ciri dan hakikat dari ketiga genre tersebut.
Namun unsur ekstrinsik pada semua jenis karya sastra memiliki kesamaan. Unsur
intrinsik sebuah puisi terdiri dari tema, amanat, sikap atau nada, perasaan,
tipografi, enjambemen, akulirik, rima, citraan, dan gaya bahasa. Unsur
ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain: unsur biografi, unsur
kesejarahan, serta unsur kemasyarakatan.
À
Unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik Prosa
Unsur pembangun prosa
terdiri dari struktur dalam atau unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh,
latar, sudut pandang, serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk
mengekspresikan gagasannya. Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari
tema utama serta beberapa tema bawahan. Pada cerpen yang memiliki pengisahan
lebih singkat, biasanya hanya terdapat tema utama.
Alur merupakan struktur
penceritaan yang dapat bergerak maju (alur maju), mundur (alur mundur), atau
gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran). Pergerakan alur dijalankan
oleh tokoh cerita. Tokoh yang menjadi pusat cerita dinamakan tokoh sentral.
Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Berdasarkan peran tokoh dapat dibagi
menjadi tokoh utama, tokoh bawahan, dan tokoh tambahan. Tokoh tercipta berkat
adanya penokohan, yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita.
Penokohan dapat dilakukan menggunakan 3 metode: (a) analitik, (b) dramatik,
dan (c) kontekstual. Tokoh cerita
akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak tokoh
terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang
memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan
melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial.
Latar berkaitan erat dengan
tokoh dan alur. Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta
suasana yang ada dalam cerita. Latar
tempat terdiri dari tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, serta tempat
yang hanya ada dalam khayalan. Latar
waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak
dapat diketahui secara pasti.
Cara kerja pengarang untuk
membangun cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, dapat pula
melalui sudut pandang. Sudut pandang
adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan ceritanya,
yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang melalui tokoh
cerita terdiri dari (a) sudut pandang akuan, (b) sudut pandang diaan, (c)
sudut pandang campuran. Dalam menuangkan cerita menggunakan medium bahasa, pengarang
bebas menentukan akan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah, dialek,
ataupun bahasa asing.
À
Unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik Drama
Karya sastra drama memiliki
unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik yang diperlukan untuk membangun
ceritanya. Unsur intrinsik drama
terdiri dari tema, plot, tokoh, dialog, karakter, serta latar.
Drama yang merupakan ciptaan
kreatif pengarang harus memiliki tema yang kuat, agar tercipta sebuah cerita
yang tak lekang oleh waktu. Tanpa adanya konflik, cerita drama akan terasa
datar. Konflik terdapat di dalam plot, yang terjadi karena adanya ketegangan
antartokoh. Tokoh drama terbagi menurut peran dan fungsinya dalam lakon.
Menurut perannya tokoh terdiri dari tokoh utama, tokoh bawahan, serta tokoh
tambahan. Di dalam drama fungsi tokoh sangat penting, yaitu sebagai tokoh
protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis.
Cakapan merupakan ciri utama
drama yang mungkin berupa dialog namun dapat pula berbentuk monolog. Selain
itu, ada pula karakter (sebagai apa dan kejiwaannya seperti apa) dan latar yang
saling berhubungan erat. Latar dalam drama sangat mempengaruhi karakter tokoh.
PUISI
À
Pengertian dan
Ciri-ciri Puisi
Puisi ialah perasaan penyair
yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat, serta mengandung rima dan
irama. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari
wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan,
sedangkan wujud puisi terdiri dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata
ke bawah, dan tidak mementingkan ejaan. Untuk memahami puisi dapat juga
dilakukan dengan membedakannya dari bentuk prosa.
À
Jenis-jenis Puisi
Berdasarkan waktu
kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru,
dan puisi modern. Puisi lama adalah
puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda, sehingga belum tampak adanya
pengaruh dari kebudayaan barat. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif,
melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan
tertentu. Puisi lama terdiri dari mantra, bidal, pantun dan karmina, talibun,
seloka, gurindam, dan syair. Puisi baru adalah puisi yang muncul pada masa
penjajahan Belanda, sehingga pada puisi baru tampak adanya pengaruh dari
kebudayaan Eropa. Penetapan jenis puisi baru berdasarkan pada jumlah larik yang
terdapat dalam setiap bait. Jenis puisi baru dibagi menjadi distichon, terzina,
quatrain, quint, sextet, septima, stanza atau oktaf, serta soneta. Puisi modern
adalah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa penjajahan Belanda.
Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi epik,
puisi lirik, dan puisi dramatik.
À
Analisis Unsur-unsur
Intrinsik Puisi
Untuk memahami makna sebuah
puisi dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, misalnya
dengan mengkaji gaya bahasa dan bentuk puisi. Gaya bahasa yang dipergunakan
penyair mencakup:
(1) Gaya bunyi yang meliputi: asonansi,
aliterasi, persajakan, efoni, dan kakofoni.
(2) Gaya kata yang membahas tentang
pengulangan kata dan diksi.
(3) Gaya kalimat yang berisi gaya
implisit dan gaya retorika.
(4) Larik, dan
(5) bahasa kiasan.
Memahami puisi melalui
bentuknya dapat dilakukan dengan menelaah tipografi, tanda baca, serta
enjambemen. Untuk mempermudah dan memperjelas penganalisisan puisi, di depan setiap
larik berilah bernomor urut. Apabila puisi yang hendak dianalisis tersebut
memiliki beberapa bait, dapat pula diberi bernomor pada setiap baitnya.
À
Penafsiran Puisi
Agar dapat memahami isi puisi diawali
dengan menelaah atau melakukan kajian terhadap gaya maupun bentuk puisi yang
bersama-sama membentuk suatu keutuhan isi puisi. Perhatikan jika terdapat
hal-hal yang menarik perhatian, misalnya judul serta kekerapan kata. Banyaknya
kata yang berulang dapat menggiring pembaca dalam memahami tema. Jika terdapat bait yang mengandung sedikit lirik,
biasanya di sanalah tertuang tema puisi. Seperti halnya pada judul yang juga
dapat membayangkan tema. Tetapi ingat, judul belum tentu sama dengan tema.
Mengetahui tema serta akulirik merupakan langkah pertama yang harus dilakukan
dalam upaya memahami puisi.
Prosa
À
Pengertian dan Ciri
Prosa Fiksi
Prosa fiksi sebagai cerita
rekaan bukan berarti prosa fiksi adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa
fiksi adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan perasaan. Fiksi dapat
dibedakan atas fiksi yang realitas dan fiksi yang aktualitas. Fiksi realitas
mengatakan: “seandainya semua fakta, maka beginilah yang akan terjadi. Jadi,
fiksi realitas adalah hal-hal yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi.
Penulis fiksi membuat para tokoh imaginatif dalam karyanya itu menjadi hidup.
Fiksi aktualitas mengatakan “karena semua fakta maka beginilah yang akan
terjadi”. Jadi, aktualitas artinya hal-hal yang benar-benar terjadi. Contoh:
roman sejarah, kisah perjalanan, biografi, otobiografi. Prosa selalu bersumber
dari lingkungan kehidupan yang dialami, disaksikan, didengar, dan dibaca oleh
pengarang.
Adapun ciri-ciri prosa fiksi
adalah bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan dan menambah
pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Prosa fiksi dapat menyampaikan
informasi mengenai suatu kejadian dalam kehidupan. Maknanya dapat berarti
ambigu. Prosa fiksi melukiskan realita imajinatif karena imajinasi selalu
terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin lepas dari imajinasi.
Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada
penggunaan kata-kata konotatif. Selanjutnya prosa fiksi mengajak kita untuk
berkontemplasi karena sastra menyodorkan interpretasi pribadi yang berhubungan
dengan imajinasi.
À
Jenis-jenis Prosa
Berdasarkan pembagian
sejarah sastra Indonesia, dikenal 2 macam sastra, yaitu sastra klasik dan
sastra modern. Sastra modern termasuk di dalamnya prosa baru yang mencakup
roman, novel, novel populer, cerpen. Selanjutnya sastra klasik termasuk di
dalamnya yaitu prosa lama yang mencakup cerita rakyat, dongeng, fabel, epos,
legenda, mite, cerita jenaka, cerita pelipur lara, sage, hikayat, dan silsilah.
Roman adalah salah satu
jenis karya sastra ragam prosa. Pengertian roman pada mulanya ialah cerita yang
ditulis dalam bahasa Romana. Dalam perkembangannya kemudian, roman berupa
cerita yang mengisahkan peristiwa/pengalaman lahir/batin sejumlah tokoh pada
satu masa tertentu. Hal ini terjadi pada akhir abad ke-17. Perkembangan roman
mencapai puncaknya pada abad ke-18. Pada abad ke-19 muncullah penulis-penulis
roman yang termasyhur, seperti Honore de Balzac, Gustave Flaubert, Emile Zola,
Charles Dickens, Leo Tolstoy, F. Dostojevski. Penulis-penulis roman ini
kemudian disusul oleh rekan-rekannya yang mewakili abad ke-20, seperti Proust,
Joyce, Kafka, dan Faulkner.
Bentuk yang hampir sama
dengan roman adalah novel. Bagi pembaca awam, kedua bentuk ini sulit dibedakan.
Pada dasarnya novel maupun roman menceritakan hal luar biasa yang terjadi dalam
kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh cerita yang ditampilkan dapat
berubah. Novel dapat dibedakan menjadi novel kedaerahan, novel psikologi, novel
sosial, novel gotik, dan novel sejarah, serta novel populer. Cerita jenis lain
yang memiliki ciri utama sepertri novel adalah cerpen. Bedanya dengan novel,
cerpen penceritaannya lebih ringkas, masalahnya lebih padu dan plotnya tunggal
dan terfokus ke akhir cerita. Sebuah cerita yang panjang yang berjumlah ratusan
halaman, jelas tidak dapat disebut dengan cerpen.
À
Unsur Intrinsik Prosa
Unsur intrinsik prosa
terdiri atas alur, tema, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang,
gaya, pembayangan, dan amanat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian
kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang
sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi, bahwa pada
umumnya alur cerita rekaan terdiri atas:
1.
Alur buka, yaitu situasi terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan
dilanjutkan dengan kondisi berikutnya;
2. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak ke arah kondisi yang
memulai memuncak;
3. Alur puncak, yaitu
kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa ; dan
4.
Alur tutup Dengan kata lain, alur cerita meliputi paparan, konflik, klimaks
dan penyelesaian.
Kedelapan unsur tersebut
saling mengisi dalam sebuah prosa. Tema, misalnya menjadi sentral yang
mengilhami cerita. Begitu juga dengan penokohan yang meramu watak tokohnya
menjadi penyampai pesan yang diinginkan pengarang, baik yang jahat maupun yang
baik. Agar penokohan ini tampak lebih hidup, ditopang dengan latar/setting
cerita, gaya, pembayangan dan amanat.
À
Unsur Ekstrinsik Prosa
Unsur ekstrinsik prosa fiksi
adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra seperti
nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai moral, nilai psikologi. Ia merupakan
nilai subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial,motivasi, tendensi
yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Pada gilirannya unsur
ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya sastra itu, cukup membantu para
penelaah sastra dalam memahami dan menikmati karya yang dihadapi. Pengalaman
mendalam dan pengenalan unsur ekstrinsik tersebut memungkinkan seseorang
penelaah mampu ,menginterpretasikan karya sastra dengan lebih tepat.
Unsur tingkat nilai
penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau vegetatif, neveau
animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/ transendental.
DRAMA
À
Pengertian Drama Laku
dalam Simulasi Realitas
Drama adalah laku yang
meniru laku dalam kehidupan nyata untuk memberikan pengukuhan dan alternatif
bagi kehidupan itu sendiri. Karena yang ditekankan adalah laku, maka
kata-kata/dialog dalam drama harus dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari keseluruhan situasi interaksi atau komunikasi manusia yang melibatkan
tidak hanya kata-kata/dialog itu sendiri, tetapi juga situasi yang melingkungi
dialog, seperti siapa yang berdialog, kapan dan di mana dialog itu berlangsung,
dan mengapa dialog itu diutarakan. Dengan demikian, dalam laku drama kita
melihat kesatuan antara kata-kata, perbuatan, dan situasi. Sifat kemenyatuan
ini sangat sesuai atau mirip dengan keadaan yang berlangsung dalam kehidupan
komunikasi manusia yang nyata. Oleh karena itu, drama dapat berfungsi sebagai
media simulasi realitas, yaitu media untuk menghaluskan dan mengembangkan diri
manusia dan kebudayaannya melalui penanaman nilai kultural/keagamaan,
penyampaian pemikiran baru, dan penyampaian kritik sosial.
À
Struktur Drama
Sebagai naskah yang utuh,
drama dibangun oleh beberapa unsur yang saling berkaitan, yaitu dialog,
petunjuk pemanggungan, plot, dan karakter. Dialog merupakan ucapan tokoh
tertentu yang kemudian disusul oleh ucapan tokoh yang lain. Melalui pergiliran
ucapan tokoh-tokoh itulah segala informasi diutarakan perlahan-lahan dari awal
sampai akhir drama. Karena itulah kedudukan dialog sangat penting dan utama di
dalam drama. Selain itu, informasi juga diberikan melalui petunjuk
pemanggungan.
Petunjuk pemanggungan adalah
teks sampingan yang berfungsi untuk memberikan petunjuk tentang berbagai aspek
pemang-gungan, yakni aspek karakter, penuturan, dan desain. Teks ini mungkin
terdapat di dalam dialog (intradialog) dan mungkin pula terdapat di luar dialog
(ekstradialog). Unsur drama berikutnya adalah plot, yaitu pola pengaturan
kejadian dalam drama yang membuat kejadian-kejadian tersebut saling berhubungan
secara logis, utuh, dan bermakna. Kejadian-kejadian dalam drama tentu saja
muncul karena adanya tindakan tokoh/karakter dramatik dengan segala aspek
psikis, moral, sosial, dan ciri fisiknya.
À
Jenis Drama
Pada umumnya, drama
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu tragedi dan komedi. Pengelompokan ini
didasarkan pada cara pandang filosofis drama tersebut terhadap hakikat hidup
manusia. Pandangan hidup yang khas dalam drama tragedi terletak pada penegasan
bahwa manusia harus menerima suratan nasib yang tidak dapat dihindarkan. Namun,
tragedi juga menggambarkan kenyataan bahwa meskipun kita harus menghadapi dan
menerima suratan nasib, kita juga punya kebutuhan yang kuat untuk memberi makna
pada nasib kita. Oleh karena itu, semangat drama tragedi tidaklah pasif,
melainkan penuh dengan semangat perjuangan, yakni perjuangan untuk memberi
makna pada nasib hidup manusia. Adapun komedi menggambarkan kenyataan bahwa
seberapa kali pun kita jatuh atau gagal, kita akan dapat bangkit kembali dan
meneruskan kehidupan. Komedi memperlihatkan kehendak hidup yang tak
terpadamkan. Inilah semangat yang menggerakkan tokoh-tokohnya, yakni semangat
untuk merayakan kegembiraan hidup. Kegembiraan hidup itu ditunjukkan dengan
cara menyimpangkan keseriusan dan kesakitan (penderitaan) sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan kelucuan.
À
Pementasan Drama
Naskah drama dibuat bukan
semata-mata untuk dibaca, tetapi lebih dimaksudkan untuk dipentaskan. Untuk
mewujudkan naskah drama menjadi sebuah pementasan, diperlukan banyak pihak yang
harus bekerja sama secara kompak. Pihak-pihak tersebut adalah produser,
sutradara, aktor/aktris, dan desainer. Berbagai pihak ini kemudian mengubah
atau mengonkretkan naskah menjadi konsep produksi, yakni suatu rumusan
konseptual atau ide dasar yang menyatukan berbagai aspek pementasan yang
berbeda sehingga dapat terbentuk suatu sudut pandang pemaknaan bersama terhadap
produksi pementasan. Rumusan ini bersifat general, konkret, dan inspiratif.
Dengan panduan konsep produksi itulah berbagai pihak tersebut saling memberikan
kontribusi demi terciptanya pementasan yang berhasil.